Asmat Beorpits Festival | 12-19
12-19 August 2007
Carnaval Beach Club, Ancol
T 6471-0000 F 6471-3557
Ancient ethnic dance show | wood carving demonstration | mystical 'Mak Cem' prty | unique souvenirs | amazing traditional boat manouver | fantastic parade surrounding Ancol area
Jum'at, 17 Agustus 2007
09:00 - 10:00 Tarian Pukul Tifa | Pantai Carnaval
10:00 - 11:00 Tarian Pergaulan | Pantai Carnaval
11:00 - 12:00 Atraksi Ukir Patung | Pantai Carnaval
13:00 - 15:00 Lomba Panjat Pinang | Lapangan Pantai Carnaval
15:00 - 16:00 Parade Urbanfest
16:00 - 17:00 Atraksi manusia perahu
Sabtu, 18 Agustus 2007
idem kecuali :
15:00 - 17:00 | Parade Dunia Fantasi
Minggu, 19 Agustus 2007
idem kecuali:
15:00 - 16:00 Program Lelang
17:00 - 18:00 Penutupan Asmat Beorpits Festifal
Beorpits berasal dari kata beor atau burung nuri yang bermakna keindahan dan pits yang berarti laki-laki. "Jadi maksuk festival ini adalah agar keindahan Asmat dapat dinikmati oleh masyarakat di seluruh Nusantara," Bupati Kabupaten Asmat Yuvensius A. Biakai menjelaskan pada Bisnis Indonesia.
dari ancol.com:
”Asmat Beorpits Festival” adalah sebuah kegiatan yang memberikan pengalaman yang langka dan luar biasa, yaitu melihat dengan lebih dekat kehidupan sehari – hari kurang lebih 100 warga asli suku Asmat, salah satu suku pedalaman dengan berbagai budaya dan kebiasaan yang unik dan menarik, sebagai situs warisan dunia. Mereka akan mendirikan rumah adat Yeu di Pantai Carnaval dan tinggal di rumah adat tersebut selama satu minggu penuh (12 s/d 19 Agustus 2007) menampilkan kehidupan sehari – hari, demo pahat Asmat, pukul Tifa, Tarian Asmat, Pesta Emak Cem, workshop, bazar karya seni dari suku Asmat dan Atraksi Manusia Perahu Asmat. Direncanakan juga mereka akan mencoba peruntungan dengan mengikuti Lomba Panjat Pinang Di Ancol, pengalaman langka yang tidak boleh dilewatkan oleh warga Jakarta dan pengunjung Ancol Taman Impian.
Informasi:
Corporate Communications PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk,
Sdri. Sofia Cakti (Opie)
T 6454-567 pesawat 6789
opie@ancol.com
Kompas - Masyarakat suku Asmat sebagai salah satu elemen bangsa menanggapi beragam persoalan bangsa Indonesia, termasuk ancaman disintegrasi, dengan mendorong terciptanya persahabatan melalui keragaman seni budaya yang dimiliki Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah didorong untuk memberi tempat bagi pengembangan budaya yang akan memperkuat jadi diri Indonesia meskipun berada dalam keragaman.
Yuvensius A Biakai, Bupati Asmat, yang hadir di Jakarta bersama 150 warga Asmat, Kamis (9/8), mengatakan, kehadiran warga Asmat untuk tampil dalam Asmat Beorpits Festival di Ancol, 12-19 Agustus, sebagai perlambang unsur Bhinneka Tunggal Ika.
"Kami juga bagian dari negara ini. Kami ingin berbagi daya nalar seni yang tinggi yang dimiliki warga Asmat. Saya ingatkan kepada warga Asmat bahwa kami datang bukan untuk cari duit atau baju. Kami datang dari pedalaman untuk mencari teman. Dengan begini, Asmat akan bisa mendunia," kata Biakai.
Armandus Anakat, Wakil Ketua Lembaga Masyarakat Adat Asmat, mengatakan, suku Asmat juga ingin menunjukkan bahwa untuk mendamaikan bangsa ini bukan hanya perlu politik, tetapi juga seni dan budaya. Suku Asmat hendak mengedepankan persaudaraan dengan memberikan rasa aman. "Yang bergaul dengan suku Asmat harus merasa aman dan damai," kata Anakat.
Rektor Institut Kesenian Jakarta Sardono W Kusumo mengatakan, suku Asmat memiliki spontanitas dan kebebasan dalam menunjukkan budaya mereka. Apa adanya dari kehidupan suku Asmat inilah yang secara bebas diekspresikan sehingga terjadi interaksi yang wajar.
"Dari suku Asmat kita bisa belajar bahasa tubuh yang murni dan spontan, yang terlihat dari tari-tarian ataupun saat mengukir. Ini bisa memberikan penyegaran dalam kehidupan. Dari bahasa tubuh itu akan muncul egalitarianisme dan spontanitas untuk keluar dari pengotak-ngotakan manusia," kata Sardono.
Kehidupan suku Asmat ini bisa secara dekat dilihat dan dipelajari masyarakat sebagai bagian dari acara "Warna-warni 62 Tahun Kemerdekaan RI" yang digelar di Pantai Carnaval Ancol. (ELN)book:
Sowada, Alphonse. An Asmat Sketch Book No. 7. Hastings, NE: Crosier Missions; 1980
- The Epic of Beorpits. Narrated by Primbu of Biwar Laut (Age 65).
- A Story of Beorpits. Narrated by Justinus Dawak (Age 40) of the Village of Yow
- The Story of Beorpit. Narrated by Kunep (Aged 60+) in Jipawer Village
No comments:
Post a Comment